business

Next Waves Technologies (1)

Dunia teknologi dan bisnis berkembang lebih cepat dari bidang yang lainnya. Saat ini organisasi menghadapi tekanan di bidang inovasi, keunggulan operasional, dan kinerja keuangan disisi lain secara bersamaan harus menjaga biaya agar tetap minimum. Teknologi yang relatif baru memberikan kemungkinan besar bagi organisasi menghadapi tantangan bisnis jangka panjang. Penting bagi organisasi untuk mengerti bagaimana menggunakan teknologi baru dan kemudian memanfaatkannya secara efektif. Konsep teknologi baru ini dikenal sebagai Technology Adoption Life Cycle (TALC). TALC digunakan untuk menggambarkan penerapan/adopsi teknologi baru.
Nicholas Carr dalam bukunya Does IT Matter?: Information Technology and the Corrosion of Competitive Advantage, mengatakan bahwa banyak organisasi seharusnya belajar dari persaingan: mereka seharusnya menunggu organisasi lain membuat kesalahan pada teknologi informasi (IT). Nicholas Carr berhipotesis bahwa information Technology (IT) bukan (lagi) sesuatu hal yang penting dan bakal meningkatkan keuntungan kompetitif suatu perusahaan karena IT sudah menjadi barang ‘umum’ dan ‘biasa’.
Carr mencontohkan: kalau ada suatu perusahaan yang mengaplikasikan suatu teknologi informasi baru, maka perusahaan yang lain dengan cepatnya mengimitasi strategi tersebut agar tidak kalah kompetitif.Contohnya UPS juga diam-diam meniru FedEx, tidak hanya belajar bagaimana meniru sistem pesaing tetapi juga bagaimana membuat sistem tersebut lebih baik dan murah. UPS kemudian hadir dengan sistem yang lebih terbuka dari FedEx, yang memudahkan pelanggan untuk masuk dalam sistem. Hal yang sama juga terjadi dengan facebook belajar dari kesalahan frienster, samsung belajar dari sony. Bahkan Samsung atau Xiaomi juga dituduh meniru produk-produk dari Apple. China juga dikenal sebagai negara yang sangat canggih dalam hal tiru meniru.
Didalam bukunya yang berjudul Crossing the Chasm, Geoffrey A. Moore membahas dengan sangat baik dan sistematis, menjawab banyak pertanyaan tentang industri IT. Banyak sekali para pemula yang mempunyai ide sangat cemerlang dan menghasilkan produk IT yang baik, tetapi tidak dapat masuk kedalam pasar yang besar.
Mengapa gagal dan tidak laku di pasar ? banyak faktor yang mempengaruhinya seperti tidak tersedianya suku cadang, kurangnya fitur, timing yang tidak tepat masuk ke pasar, salah segmentasi pasar, lemahnya program marketing dan nilai dimata pelanggan
Setiap kelompok mempunyai perilaku yang berbeda; 1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi. 2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan mereka sering juga disebut sebagai Technology Enthusiast Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi. 3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi. 4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati. 5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.

Moore menyebutkan jika suatu produk sudah ada di pasar early adaptor dan akan masuk ke mainstream ada jurang yang disebut dengan “CHASM” dua kelompok pasar ini saling berbeda kepentingan dan cara mereka membelanjakan TI. Sehingga keberhasilan memasarkan pada kelompok early adaptor belum tentu dapat berhasil di early majority. Banyak sekali perusahaan IT baru yang mengembangkan produk yang bagus, kemudian laku sesaat tetapi perusahaannya tidak bertumbuh bahkan ada yang tutup, permasalahan utama adalah mereka tidak dapat menyeberangi “CHASM” untuk memasuki pasar mainstream atau pasar yang sebenarnya.

Singkatnya Chasm ini suatu fasa yang kritikal yang sering gagal dilalui, dan sering disebut-sebut sebagai “kuburan” bagi produk-produk baru. Namun sebaliknya jika suatu produk berhasil menyeberangi chasm ini, itu artinya produk tersebut akan dapat memasuki dan merebut pasar sesungguhnya (mainstream market) yang jumlahnya 84% dari total market. Sederhananya Moore ingin mengatakan bahwa chasm itu adalah fase dimana terjadi perbedaan cara adopsi antara konsumen di pasar awal yang bersifat visioner dan konsumen dipasar sesungguhnya yang bersifat pragmatis.

 

sumber : Situmorang, Syafrizal Helmi (2016) Digital Business, USUPress, Medan

 

Leave a comment